Paradox
of Training
Ditulis oleh: Ridho Hutomo
Suatu saat dalam proses ujian kenaikan jabatan, seorang
pegawai dalam presentasinya mengatakan bahwa produktivitas unitnya menurun, hal
tersebut disebabkan karena anggota timnya sedang mengikuti training, sehingga pekerjaan yang seharusnya dapat selesai dalam
waktu 1 (satu) hari menjadi mundur 1 (satu) minggu karena harus menunggu
anggota timnya kembali dari training.
Kemudian muncul pertanyaan, bukankan training seharusnya meningkatkan kinerja perusahaan? Bukan malah
sebaliknya, menurunkan produktivitas kerja?
Training
seringkali menjadi sebuah paradox
dalam perusahaan. Apakah itu sebuah kesalahan?
Sering kita lihat dalam bisnis, saat bisnis sedang
meningkat, jumlah pelanggan pastinya sedang meningkat dan hal itu pasti diiringi
dengan meningkatnya kesibukan para tenaga kerjanya. Dalam situasi seperti ini,
banyak perusahaan yang tidak memikirkan training.
Pada situasi tersebut, pasti yang dipikirkan adalah pencapaian target dengan
kerja, kerja, dan kerja. Training
menjadi prioritas yang kesekian bagi perusahaan, padahal budget training melimpah karena finansial perusahaan lagi baik.
Tingkat kehadiran peserta training
sangat rendah sekali pada saat itu.
Namun saat perekenomian sedang lesu, bisnis pun menurun.
Aktivitas tidak sesibuk biasanya. Tenaga kerja punya banyak waktu luang untuk
mengikuti training. Departemen SDM
punya banyak gagasan/ide untuk mengirim pegawainya mengikuti training. Namun
ternyata budget perusaahan tidak ada karena bisnis sedang menurun. Bisnis
sedang meningkat tenaga kerja tidak training,
bisnis sedang menurun tenaga kerja juga tidak bisa training. Inilah yang disebut dengan Paradox of Training.
Coba kita lihat salah satu contoh perusahaan yang terus menurun
kinerjanya dari tahun ke tahun karena mempunyai masalah yang tidak pernah
teratasi karena terjebak dalam lingkaran setan. Saat kondisi bisnis sedang
jelek, biasanya secara umum yang dilakukan adalah pemotong budget, ilustrasi sebagai berikut:
1. Laba
Menurun, karena:
2. Penjualan
Menurun, karena:
3. Produksi
Menurun, karena:
4. Gangguan
Mesin Produksi Meningkat, karena:
5. Pemeliharaan
Mesin Produksi Tidak Optimal, karena:
6. Pegawai
Tidak Kompeten Memeliharan Mesin Produksi, karena:
7. Pegawai
tidak di training, karena:
8. Anggaran
training tidak ada, karena:
9. Anggaran
perusaahaan terbatas, karena:
10. Pemotongan
Budget, karena:
11. Laba
menurun (kembali ke nomor 1, an infinite
loop / perulangan terus menerus)
Dari contoh kasus di atas,
pemotongan anggaran (nomor 10) terkesan normal dilakukan, namun menyebabkan
lingkaran setan karena terjadi pengulangan masalah dari tahun ke tahun.
Bagaimana cara mengantasi
lingkaran setan tersebut? Lingkaran setan harus diputus dengan cara memperbaiki
salah satu aktivitas yang paling mudah dilakukan oleh perusahaan. Misalnya
aktivitas nomor 6. Pegawai tidak kompeten, dapat ditingkatkan kompetensinya
melalui coaching langsung dari atasan
pegawai. Memutus salah satu rantai di lingkaran setan dapat membantu
menyelesaikan masalah di atasnya, yang pada akhirnya nanti dapat memperbaiki
laba perusahaan dan pada akhirnya budget training akan meningkat lagi.
Mengatasi Paradox of Training sama dengan cara memutus salah satu rantai
lingkaran setan, yaitu dengan cara tetap memelihara kompetensi tenaga kerja meskipun
aktivitas bisnis sedang sibuk. Kunci suksesnya adalah pengaturan pola kerja dan
kemampuan menetapkan prioritas kerja.
No comments:
Post a Comment