Friday, November 15, 2013

Best Company in Performance or Best Company to Work?

Jika seorang pekerja diharuskan memilih diantara 2 pilihan, bekerja di perusahaan berkinerja terbaik atau bekerja di perusahaan yang menyenangkan, mana yang akan dipilih?

Kebanyakan Generasi Y saat ini berorientasi pada hasil yang cepat, yaitu cepat dapat gaji besar, cepat dapat jabatan, cepat dapat promosi, dan segala sesuatu lainnya , yang penting cepat. Tak heran pula jika Generasi Y saat ini cenderung lebih cepat stress dan cepat sakit.

Banyak dijumpai pada saat rekrutmen tenaga kerja, para Generasi Y memiliki penyakit kanker,gula, kolesterol di atas ambang normal, hepatitis, dll, sementara para eksekutif muda yang telah bekerja 5 – 10 tahun sudah terkena stroke.

Tak heran apabila perusahaan-perusahaan besar saat ini banyak yang menjalankan program work-life balance.

Berdasarkan data Fortune 500 pada tahun 2013, Wal-Mart Store menempati ranking 1 dengan revenue $b 469,2 dan profit $mm 16.999. Namun nyatanya, perusahaan yang menjadi tempat incaran para pencari kerja adalah  Google yang ada pada ranking 55 dengan revenue $b 52,2 dan profit $mm 10.737. (http://money.cnn.com/magazines/fortune/fortune500/index.html)

Meski Google kalah ranking, namun perusahaan ini menjadi perusahaan terbaik di dunia untuk bekerja selama 4 tahun. Perusahaan ini menawarkan kenyamanan kerja bagi pekerja-nya. Dari sisi perusahaan mendapatkan produktivitas dan peningkatan kinerja, sementara pekerja mendapatkan kehidupan yang sehat dan bahagia. Sebuah win-win solution.





Jika pekerja boleh memilih, tentunya semua orang menginginkan mendapatkan yang terbaik, yaitu bekerja di Best Company in Performance dan Best Company to Work. Namun apabila harus memilih salah satu, tentunya perlu dipikirkan secara bijaksana mana yang paling sesuai dengan keinginan masing-masing individu.

“Tidak pernah ada pilihan yang salah, yang salah adalah menyesali pilihan yang telah diambil”

Pekerja di perusahaan Jepang kebanyakan mungkin tidak punya waktu yang cukup untuk keluarga, karena harus sering lembur (overtime). Namun bisa jadi kebahagiaan bagi mereka adalah mengabdi dan bekerja keras bagi perusahaannya. Bahkan tak heran, banyak orang Jepang malu untuk pulang kantor apabila matahari belum terbenam. Jika dibandingkan tingkat turn over pekerja di Jepang dan Amerika, maka tingkat turn over di Jepang jauh lebih rendah.

Semoga tulisan ini menginspirasi Generasi Y untuk lebih bijaksana dalam menentukan pilihan

Penulis: Ridho Hutomo

No comments:

Post a Comment