Jika
seorang pekerja diharuskan memilih diantara 2 pilihan, bekerja di perusahaan
berkinerja terbaik atau bekerja di perusahaan yang menyenangkan, mana yang akan
dipilih?
Kebanyakan
Generasi Y saat ini berorientasi pada hasil yang cepat, yaitu cepat dapat gaji
besar, cepat dapat jabatan, cepat dapat promosi, dan segala sesuatu lainnya ,
yang penting cepat. Tak heran pula jika Generasi Y saat ini cenderung lebih
cepat stress dan cepat sakit.
Banyak
dijumpai pada saat rekrutmen tenaga kerja, para Generasi Y memiliki penyakit kanker,gula,
kolesterol di atas ambang normal, hepatitis, dll, sementara para eksekutif muda
yang telah bekerja 5 – 10 tahun sudah terkena stroke.
Tak
heran apabila perusahaan-perusahaan besar saat ini banyak yang menjalankan
program work-life balance.
Berdasarkan
data Fortune 500 pada tahun 2013, Wal-Mart Store menempati ranking 1 dengan
revenue $b 469,2 dan profit $mm 16.999. Namun nyatanya, perusahaan yang menjadi
tempat incaran para pencari kerja adalah
Google yang ada pada ranking 55 dengan revenue $b 52,2 dan profit $mm
10.737. (http://money.cnn.com/magazines/fortune/fortune500/index.html)
Meski
Google kalah ranking, namun perusahaan ini menjadi perusahaan terbaik di dunia
untuk bekerja selama 4 tahun. Perusahaan ini menawarkan kenyamanan kerja bagi pekerja-nya.
Dari sisi perusahaan mendapatkan produktivitas dan peningkatan kinerja,
sementara pekerja mendapatkan kehidupan yang sehat dan bahagia. Sebuah win-win solution.
Jika
pekerja boleh memilih, tentunya semua orang menginginkan mendapatkan yang
terbaik, yaitu bekerja di Best Company in Performance dan Best Company to Work.
Namun apabila harus memilih salah satu, tentunya perlu dipikirkan secara
bijaksana mana yang paling sesuai dengan keinginan masing-masing individu.
“Tidak
pernah ada pilihan yang salah, yang salah adalah menyesali pilihan yang telah
diambil”
Pekerja
di perusahaan Jepang kebanyakan mungkin tidak punya waktu yang cukup untuk
keluarga, karena harus sering lembur (overtime).
Namun bisa jadi kebahagiaan bagi mereka adalah mengabdi dan bekerja keras bagi
perusahaannya. Bahkan tak heran, banyak orang Jepang malu untuk pulang kantor
apabila matahari belum terbenam. Jika dibandingkan tingkat turn over pekerja di Jepang dan Amerika, maka tingkat turn over di Jepang jauh lebih rendah.
Semoga
tulisan ini menginspirasi Generasi Y untuk lebih bijaksana dalam menentukan
pilihan
Penulis:
Ridho Hutomo
No comments:
Post a Comment